Ya Allah. Aku berjuang dari kelas 10 SMK untuk pendidikan. Mengajar di salah satu bimbel di Jakarta hingga sekarang. Aku senang Ya Allah. Alhamdulillaaaah.
Yang aku takutkan hanyalah kuliahku. Aku diterima melalui jalur Undangan/SNMPTN di salah satu PTN dengan jurusan Pend. Teknik Mesin. Memang itu pendidikan. Tapi itu mesin.
Sebenarnya, aku ingin sekali bisa masuk jurusan Hubungan Internasional atau Manajemen Pendidikan. Ya, benar. Aku ingin menjadi seorang Duta Besar Indonesia dalam bidang Pendidikan. Itu mimpiku saat ini dan nanti Ya Allah.
Aku ingin ikut SBMTN, namun...pilihanku memang jauh. Di Depok. Orangtuaku meragukan aku kuliah di sana. Jauh dari beliau. Itu pesan wanita paruh baya dengan usianya yang genap 47 tahun bulan November nanti.
Orangtuaku selalu berpesan menyuruhku agar aku kuliah dekat rumah. Aku ingin nekad, namun mungkin Allah memang membiarkan aku menjaga mereka sembari kesibukan masa mahasiswaku nanti.
Pada saat tes SBMPTN (17 Juni 2014) nanti, itu bertepatan dengan daftar ulang SNMPTN di kampus itu. Waktunya juga mepet mepet gitu. Sedih. Pasti!
Dua bulam aku berjuang untuk SBM, dan sampai pengumuman SNMPTN inipun aku masih ingin bisa berjaung SBM dengan pilihan pertama kampus di Depok itu. Tapi...aku dihantui dengan pesan orangtuaku juga.
Aku adalah anak pertama daei tiga bersudara pasangan suami istri yang saat ini usia mereka sudah lebih kepala empat. Ayahku (biasa dipanggil Abah) bekerja sebagai pengangguran dan ada usaha warung sederhana jajanan anak-anak di depan rumahku. Ibuku (biasa dipanggil Ummi) berjualan gorengan setiap pagi dan dititipkan ke orang-orang.
Aku masih memiliki adik-adikku yang saat ini ada yang masih SMP dan adapula yang mau masuk SMA/K. Hmm, bertambahlah biaya yang harus orangtuaku tanggung. Aku harus mengalah.
Sejak Januari 2014, aku mencari-cari info beasiswa S1 di semua sudut kota. Aku ikut seleksi, namun tiga kali aku gagal di hasil tesnya. Sampai aku diterima di kampus itu melalui jalur SNMPTN/Undangan yang diseleksi melalui nilai rapor.
Alhamdulillah nilai rapotku mampu membantu kelemahanku di tes-tes yang biasa ada ketika masuk PTN. Aku dari SMK. Jadi semaksimal mungkin aku belajar IPS, pelajaran yang paling sulit nyangkut di otakku. Tapi mau bagaimana kalau Allah memang ngasih kemampuan kita sampai di situ?
Iya sih katanya enak. Namun tetap saja bagiku kurang lezat. Kaya sayur asem yang kurang asem. Hambar.
Aku jurusan mesin. Sedangkan passion-ku di bidang pendidikan dan sosial. Aku senang bisa hidup dan interkasi langsung dengan sosial. Terutama aku senang dengan pendidikan baik itu mengajar ataupun belajar. Yang jelas pendidikan.
Tujuanku agar pendidikan di Indonesia dapat menjadi cerminan bagi negara lain walaupun sedikit demi sedikit nantinya dapat menginjak peringkat 3 terbaik di dunia. Aamiiin.
Duta Besar Indonesia. Ya. Mimpi terbesarku setelah dapat membayar hutang-hutang orangtuaku dan memberangkatkan mereka pergi haji. SubhanAllah aamiiin Ya Allah. Semoga ini benar-benar dapat terwujud. Aamiin.
Serta semoga aku mampu mendirikan sekolah dan perpustakaan gratis untuk mereka yang masih malas dan bosa dengan pendidikan di Indonesia. Semoga aku dapat menaklukannya. Aamiiin Ya Allah
Aku memang tidak mampu dalam finansial, tapi alhamdulillah aku mendapat peringkat rata2 UN terbaik di sekolahku. Setidaknya satu senyuman mampu kubuat untuk kedua orangtuaku.
Lalu saat ini, aku akan menjalani masa mahasiswiku. Aku harap, aku dapat kuliah di kampus itu denga full beasiswa S1 dan bisa ikut program akselerasi. Aamiin.
Serta yang terpenting, aku bisa mengikhlaskan mimpi yang tertunda itu. Suatu hari nanti, pasti akan bertemu apabila memang jodohnya. Pasti. Percayalah dan terus bersabar. :)
Aku ingin menuruti apa kata orangtuaku dahulu, aku belum mau kehilangan mereka. Sesunghuhnya setibghi apapun mimpimu kalau tanpa restu orangtua pasti akan hambar pula rasanya kaya sayur asem itu.
Teruntuk pejabat negariku tercinta Indonesia, izinkan aku anak pengangguran dan tukang gorengan ini bisa menjadi Duta Besar Indonesia dalam bidang Pendidikan Nasional. Aku harap. Aamiiin. :')
anna_lhatifah@ymail.com
Jakarta (29/5/14)