Libur
Ramadhan kali ini, saya dan keluarga hanya di rumah saja. Hal ini dikarenakan
sekitar sebulan lalu tepatnya sebelum Ulangan Akhir Semester 4, kami sudah
pulang kampung atau yang kerap disapa “mudik” ke kemapung halman kami di
Kutoharjo, Jawa Tengah.
Memang
suatu ketidak nyamanan pulang kampung jelang Ulangan, terbagi dua pikiran Eyang
Putra dan pelajaran sekolah. Tapi ini adalah amanah dari Eyang Putra bahwa
Bapak paruh baya itu menyuruh orangtua saya singgah di kampungnya sesegera
mungkin dan membawa anak-anaknya. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,
maka dari itu kami bergeralah ke kampung hingga tiket sudah dipesan usai beliau
menelpon kami tepatnya sebulan lalu dari keberngkaatan kami.
Selama
Ramadhan masih berjalan sebelum datangnya lebaran, sebagian besar putaran jarum
jam saya, hanya saya gunakan untuk meeting antar OSIS se-Jakarta Timur untuk
membicarakan kelanjutan Program Kerja kami. Jarang di rumah? Yap betul. Itu
sudah menjadikan kebiasaan saya setiap harinya walau sedang beraktivitas
normal. Sering kali, sepulang sekolah bila ada meeting, tetap saya hadiri dikarenakan amanah jabatan saya cukup
tinggi disini. Alhamdulillah, memang
saya sangat bersyukur dapat terpilih didalamnya. Tapi inilah resiko yang harus
saya emban.
Sekarang
lebaran hari kedua. Yap betul, saya benar-benar tidak kemana-mana. Hanya
menerima beberapa sanak sudara yang memang tinggal di Jakarta. Bertambahlah
penderitaan saya karna kue lebaran ludes habis di lebaran hari pertam,
begitupun dengan ketupat sayur dan opor sayurnya. Miris melihat jajaran
toples-toples kosong diatas meja.
Lapar?
Yaiyalah. Bosan? Apalagi. Terus apa yang harus saya lakukan?
Tak
lama setelah terlintasnya pikiran itu, saya bergegas ngubek-ngubek semua buku pelajaran di lemari. Saya cari semua THR
sekolah satu persatu. Dan pada akhirnya saya mengutuskan untuk belajar saja
sambil mengisi kekosongan hari libur saya. Hingga saya mendapati tugas dari Pak
Karno ini.
Sempat
bingung ingin menuliskan judul apa dan apa yang harus dituangkan pada lembar
ini karna memang kisah liburan saya tidak begitu bahagia dan indah seperti
teman-teman lain yang mungkin sekarang sedang ciuman dengan sapinya,
becek-becekan di sawah atau membelanjakan uang lebarannya. Tidak bagi saya. Finally, saya mulai menuangkan judul
saya dengan “Di Rumah Saja” karna memang saya ya di rumah saja. Iya kan? J